Kembalinya Imam Musholla
“Pernahkah kau bahagia karena kehilangan? Aku pernah!” Jika kesetiaan yang menjaga cinta, itulah membuatku mampu bertahan. Bahkan menjadi renta bersama waktu, takkan membuatku mengalah pada keadaan. Seperti biasa, aku selalu menanti kedatangannya, untuk bercerita kepadaku tentang kehidupan yang kian mengkhawatirkan. Kadang, dia berapi-api menuturkan kisahnya yang seharian dia alami, maka dengan penuh semangat aku menjadi pendengar yang paling setia untuknya. Tetapi, setelah kuhitung dengan bilangan tasbih, dia lebih banyak menangis daripada tertawa. Kisah apa pun yang dibawa, aku bahagia bisa mendengarkannya. Tak elak lagi, aku telah jatuh cinta padanya. Sudah sepuluh menit kumenanti. Namun, dia tak jua kunjung datang. Aku menatap ke arah pintu, tak satu pun suara langkah datang menghampiri ruangan tua ini. Padahal, ini sudah masuk waktunya untuk dia dan penduduk kampung ini menemaniku, menghambakan diri kepada sang penggenggam nyawa. Akhirnya aku mendengar suara langka