Islam dan Kebudayaan Melayu

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Mungkin semua orang sudah mengenalnya dan merasakan rahmatnya yang sungguh luar biasa ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya saudara-saudara kita yang kian hari banyak tertarik dengan rahmat dan kasih sayang yang diajarkan dan akhirnya masuk keagama Islam. Indonesia meskipun jauh dari Negara asal agama Islam, namun penduduk yang menganut agama Islam sangatlah besar yaitu 12,7 persen dari jumlah muslim di dunia. Pada tahun 2010, penganut muslim di Indonesia sekitar 205 juta atau 88,1 persen dari jumah penduduk.
Islam seharusnya dikenal tidak hanya dengan shalat, zakat, puasa, dan haji saja. Tapi bagaimana Islam dikenal memberikan tuntunan dalam segala aspek kehidupan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mulai dari bagaimana Islam mengajarkan manusia dalam ber-thaharah (bersuci) dari hadast dan kotoran hingga bagaimana manusia berinteraksi dan bermasayrakat serta menimbulkan sebuah sistem sosial yang menciptakan sebuah kebudayaan yang tanpa disadari. Sesuai dengan definisi Islam yang berasal dari kata aslim yang berarti perdamaian, kerukunan dan keamanan. Hingga tak menjadi aneh bahwa mayoritas Islam Indonesia harusnya menghantarkan bangsa ini menjadi bangsa dengan tingkat kerukunan yang tinggi walaupun budaya bangsa yang sangat beragam.
Kasih sayang Islam adalah milik kita semua. Bukan hanya manusia dengan Allah sebagai sang Khalik, manusia dengan manusia, manusia dengan tumbuhan dan hewan. Tapi juga bagaimana Islam menuntun kasih sayangnya secara totalitas untuk seluruh alam, begitupun kehidupan kita dalam bermasyarakat yang penuh dengan kebudayaan yang beraneka ragam, salah satunya adalah kebudayaan Melayu.

Nilai Islam dalam kebudayaan
Salah satu kebudayaan yang sangat dekat dengan kita adalah kebudayaan Melayu. Tentunya dalam hal ini Islam bukanlah  agama anti kebudayaan. Islam malah dikenal sebagai pondasi utama dalam kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu memang sangat identik dengan agama Islam. Sejarah kerajaan Melayu yang memang didominasi oleh kerajaan Islam dengan visi mensyiarkan Islam di kawasan kerajaannya terbukti dengan hasil-hasil peninggalan sejarah seperti masjid, balai-balai kebudayaan sebagai sarana dakwah dan banyak peninggalan-peninggalan lainnya seperti prasasti, makam para raja, kitab-kitab suci yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu sampai pada karya-karya tulisan, souvenir dan sistem pemerintahan yang mempunyai banyak kandungan nilai yang merupakan tuntunan dalam ajaran Islam.
Hasil karya kebudayaan Melayu yang sebenarnya interpretasi dari nilai-nilai agama Islam lebih membuktikan adanya kesamaan Islam dan Melayu. Lihat saja pada tari persembahan Melayu yang acapkali kita saksikan setiap acara-acara pembukaan dan penyambutan tamu. Bukankah  jauh sebelumnya didalam Islam telah menganjurkan bagimana kita harus memuliakan tamu. Memberikan pelayanan yang prima sebagai orang yang datang dan berkunjung sebagai sarana silaturahmi.  Asalkan masih dalam koridor dan jalur yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Hanya saja terkadang pada saat implementasinya terhadap nilai-nilai Islam yang sedikit melenceng, seperti gerakan tari yang berlebihan dan pakaian yang tak sesuai dengan Islam yang sesungguhnya apalagi bila sang penari adalah kaum perempuan.
Kebudayaan Melayu sangat terkenal dengan kepemimpinan dengan sistem kerajaan. Riau khususnya yang sangat kental kebudayaan Melayu dengan agama Islam. Dalam sebuah karya lagu lancang kuning yang sangat dikenal disebutkan dalam liriknya akan nilai kepemimpinan,
kalau nahkoda 2x
Kuranglah paham 2x
Alamatlah kapal 2x
 Akan Tenggelam
Bahwasannya saat seorang pemimpin tidak paham dengan kepemimpinannya, saat seorang guru atau dosen tidak paham dengan apa yang harus diajarkannya, atau saat mahasiswa tidak mengerti akan perannya  maka janganlah disesali suatu kemunduran dan kehancuran nantinya. Kandungan dalam lagu lancang kuning ini merupakan filosofi kepemimpinan Melayu akan Islam yang sangat sesuai dengan bagaimana Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya bahwa apabila sebuah jabatan atau pekerjaan dilakukan oleh orang yang bukan ahli dibidangnya maka tunggulah saat kehancuran dengan istilah sekarang menempatkan orang sesuai dengan keahliannya (the righ man on the right job).
Karya kebudayaan Melayu yang tak kenal usang juga diakui oleh banyak masyarakat luas, Sesuai dengan jargon “takkan hilang Melayu dibumi”. Mengapa demikian ? jawabannya karna kebudayaan Melayu mempunyai kekuatan nilai yang memang dari ajaran Islam, yang sampai kapan pun nilai-nilai kebaikan yang terkandungnya tetap menjadi panutan dalam kehidupan.  Lewat syair-syair yang mengandung nasehat merupakan lantunan dan makna yang menjadi perintah dalam agama Islam. Gurindam Dua Belas misalnya, menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat pada masa kerajaan Melayu dulu, dan tak jarang masih menjadi wejengan pemuka masyarakat adat Melayu akan nilai-nilai kebenaran dan keabsahannya yang merupakan cerminan dari nilai-nilai agama Islam. Susunan kata-kata dan gaya bahasa Melayu yang indah menambahkan keserasian dalam setiap bait gurindam. Kelembutan suara dan penghayatan akan makna  setiap bait memberikan kesan yang mendalam ketika kita mendengarkan.
Sekali lagi, Islam bukanlah agama anti kebudayaan, apalagi dengan kebudayaan Melayu. Malah bisa dikatakan kebudayaan Melayu adalah kebudayaan yang merupakan interpretasi dari nilai-nilai agama Islam. Namun hanya saja setiap praktik dan implementasi tentang nilai-nilai Islam tidak dijalankan dengan haknya.
Dalam hal kepercayaan masyarakat Melayu misalnya tak jarang yang menyimpang dari ajaran Islam. Kebiasaan masyarakat yang masih percaya akan benda-benda gaib yang dianggap mampu memberikan kekuatan dan mengabulkan setiap permintaan menjadi kepercayaan yang sesat. Contohnya menyembah dan mengunjungi makam-makam para raja atau tokoh-tokoh yang dianggap semasa hidupnya mempunyai pengaruh yang besar. Dimakam tersebut masyarakat kemudian berdoa dan meminta akan apa yang menjadi keinginan dan dianggap ada keberkahan dalam kehidupannya. Belum lagi masyarakat Melayu  masih percaya dengan dukun atau orang tertentu untuk memberikan petua atau wejengan dan tak jarang memberikan air atau benda-benda sebagai jimat yang sudah jauh melenceng dari  ajaran agama Islam. Kebudayaan dan kepercayaan inilah yang semestinya harus diinovasi dengan cara kembali kepada Islam yang seutuhnya. Bahwasannya kepercayaan dan keyakinan kita hanya kepada Allah, Rabb yang Maha Esa. (Q.S Al-Ikhlas )
Pembenaran terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianggap sudah lari dari nilai agama Islam ini harus menjadi perhatian kita semua. Hal inilah yang sebenarnya harus diperbaiki oleh sistem sosial yang paham dan mampu memperbaiki setiap nilai-nilai kebudayaan yang jahiliah sifatnya. Dalam hal ini peranan agama Islam kembali mengevaluasi bagaimana kecocokan antara kebudayaan yang merupakan hasil totalitas dalam masyarakat dengan kebenaran yang yang sesuai dengan agama Islam. Peranan para tokoh agama dan kebudayaan dalam hal ini tentunya harus sama-sama melakukan perundingan sehingga tidak adanya pelanggaran dan kepincangan nilai antara Islam dan Melayu. 

Deni Hariandi/1101120697
Administrasi Negara FISIP UR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPSEN PAMIT : Kesan Pesan Demisioner LSMI Almadani 2019

Mereka yang Berhijrah tanpa Menyentuh Bangku Pesantren