Tersenyumlah!
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka
itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS.
al-Baqarah:155-157)
Sebagai hamba Allâh Ta’ala, semua manusia dalam kehidupan di
dunia ini tidak akan luput dari berbagai macam cobaan, baik berupa kesusahan
maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullâh yang berlaku bagi setiap insan, yang
beriman maupun kafir.
Jangan bersedih, karena
Anda telah melalui kesedihan itu kemarin dan ia tidak memberi manfaat apapun.
Jangan bersedih, sebab kesedihan hanya akan membuat air yang segar terasa
pahit, dan sekuntum bunga mawar yang indah tampak seperti sebongkok labu, taman
yang rimbun tampak seperti gurun pasir yang gersang, dan kehidupan dunia
menjadi penjara yang pengap.
Jangan bersedih, karena
Anda masih memiliki dua mata, dua telinga, dua bibir, dua tangan dan dua kaki,
lidah dan hati. Anda masih memiliki kedamaian, keamanan dan kesehatan. {Maka,
nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.} (QS.
Ar-Rahman: 13)
Jangan bersedih, karena
kesedihan hanya akan menyebabkan syaraf cepat letih, jiwa mudah tergoncang,
hati menjadi lemah, dan pikiran tak terarah.
Jangan bersedih, karena
qadha' telah ditetapkan, takdir pasti terjadi, pena-pena telah
mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan pun telah dilipat, dan semua
perkara telah habis ditetapkan. Betapapun, kesedihan Anda tidak akan mengajukan
atau mengundurkan kenyataan yang akan terjadi, dan tidak pula akan menambahkan
atau menguranginya.
Rasulullah saw
bersabda: “Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah
pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu,
janganlah kamu mengatakan ‘seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya
begini dan begini. Katakanlah ‘Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah
kehendaki, maka itu terjadi. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu
perbuatan syetan.” (HR. Muslim)
Maka, tersenyumlah!
Tertawa
yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep' bagi kesedihan.
Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan
hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat berkata, "Sesungguhnya
aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rasulullah s.a.w. sendiri
sesekali tertawa bingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang
yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya"
Tertawa merupakan
puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun
yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam
pepatah, “Janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan
hati.”
Komentar
Posting Komentar