Urgensi Amanah dari Punggawa untuk Dakwah



 "Urgensi Amanah" 
Oleh Indah Khairunnisa 

Umar r.a mendatangi Abu Bakar yg saat itu dalam keadaan lemah. Ia ingin mengklarifikasi berita pengangkatannya sebagai Amirul mu'minin, padahal ia sama sekali tidak menginginkan. Umar berkata dengan tegas,

"Wahai Abu Bakar, engkau memusyawarahkan untuk mengangkatku dengan seluruh kaum muslimin. Tapi tidak denganku. Demi Allah aku tidak menginginkannya."

"Jika aku tau bahwa engkau menginginkannya, maka aku tidak akan memilihmu." Jawab Abu Bakar.

"Gantikanlah aku ya Abu Bakar..."

"Demi Allah aku tidak akan melakukannya. Dan para sahabatpun sudah menyetujui hal ini."

Umar r.a, adalah seorang yag keras dalam membela kebenaran. Ia tidak pernah takut dihina, dicaci, dan dijauhi karena keputusannya selama itu benar menurut Allah. Umar lah yg disabdakan Rasulullah, bahwa syaithan pun tidak bisa menggoda Umar sebab keteguhan hatinya. Begitu pula kaum musyrikin yg gentar ketika mendengar namanya. Ketegasannya. 

Namun dengan kelebihan yg telah di anugrahkan Allah, ia masih merasa tidak sanggup mengemban amanah sebagai Amirul mu'minin. Ia takut mendzolimi dirinya karna kebodohannya, mendzolimi orang lain karna ketidakpekaannya. Ia menjauh tatkala para sahabat akan memulai musyawarah siapa yg menggantikan Abu Bakar. Ia berkata siap menerima siapa saja yg menjadi pemimpin. Jadi tidak perlu mempertimbangkan pendapatnya lagi. Karna apa? Karena ia takut amanah itu jatuh kepadanya. 

Setelah dipilih, malam sebelum dibai'at, Umar hanya termenung dikamar. Menangisi ujian berupa amanah yg dibebankan kepundaknya. Mengadu kepada Allah atas kelemahan dan kekurangannya. Ia memohon ampun dan kekuatan. Agar sanggup mengemban amanah tersebut. Agat mampu berbuat adil. Amanah adalah perkara yg berat. Sungguh. Kelak dipadang masyar, dimana setiap keburukan manusia akan dipertontonkan, pertanggungjawaban akan dimintai pada setiap orang yg telah diberi amanah. Akan dipertanyakan bagaimana kepemimpinannya. 

Akan dihadirkan orang-orang yg menderita selama ia memimpin, lalu memberi saksi atas apa yg mereka rasakan. Begitu bodohnya seseorang, bila menggilai jabatan. Tidak ada satupun manusia yg tau apakah ia akan selamat. Para sahabat terdahulu, selagi masih bisa mengurangi beban yg akan dipertanggungjawabkan diakhirat, mereka pasti menguranginya. Namun kini, amanah malah dianggap sebagai kompetisi dan hal yg membanggakan. Urgensi amanah begitu nyata. Bahkan setiap orang memiliki amanah dalam dirinya sendiri Sudah berapa banyak amanah yg kita abaikan? 

 Nca #tinta_mujahidah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPSEN PAMIT : Kesan Pesan Demisioner LSMI Almadani 2019

Mereka yang Berhijrah tanpa Menyentuh Bangku Pesantren