What do You Think?
Antara Spiritual dan Intelektual.
Oleh Indah Khairunnisa
Pada dasarnya, keyakinan akan islam tidak hanya ditopang oleh taqlid spiritual. Tapi juga harus disuntik dengan kekuatan intelektual.
Seorang yang pintar akan menggunakan akalnya untuk berpikir mengapa ia memilih ISLAM dalam hidupnya.
Seorang yang 'kurang' pintar hanya sekedar meyakini saja, sehingga esensi dari iman dan ibadah tidak teraih. Karna keyakinannya hanya berdasar taqlid (ikut-ikutan), keturunan, syarat untuk menikah, atau bahkan syarat membuat KTP (di Indonesia contohnya).
Fenomena orang yang 'kurang' pintar ini mudah kita temukan. Misal, ketika aturan sholat shubuh berjamaah dibuat di suatu tempat, malah ia yang tidak terima dengan alasan melanggar hak asasi. Atau ketika diajak berhijab dan berpakaian yg sesuai syariat, malah ia mencela saudarinya yg mengingatkan. Bahkan ada yg masih saja percaya dengan sesajen lalu menganggap itu bagian dari adat yg sesuai syara', padahal praktiknya sudah melenceng sekali dan mengarah pada kesyirikan.
Maka berangkat dari hal ini, kita harus mempelajari lagi dengan akal. Benarkah kita percaya Islam dan siap menerima dengan akal pikiran? Tidak hanya berdalih meyakini dalam hati? Sebab hati bisa saja berubah-ubah, sesuai kondisi perasaan sehingga mudah goyah. Sementara kebenaran yg mampu ditangkap oleh akal akan melekat dan menguatkan keimanan didalam hati tersebut...
.
Jadi, apakah kita termasuk orang-orang yg meyakini Islam dengan akal?
Komentar
Posting Komentar