ILMU العلم
العلم
Oleh : Muhammad
Reski Piliang & Muhammad Raihan Alhazra
Divisi Dabis
& Divisi Kestari
Ilmu
pemerintahan 2019 & Administrasi Publik 2019
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ilmu.
Apa
itu ilmu?
Ilmu
adalah mengetahui sesuatu dengan yakin sesuai dengan pengetahuan yang
sebenarnya. [Dalam Syarah Tsalatsatul Ushul (hal. 18), Syarh Ushul min ‘Ilmil
Ushul (hal. 75), Ushul Fiqh Terjemah (hal. 24), dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju
Surga (hal. 16)]
Nah,
dan ilmu yang dimaksud disini yaitu ilmu syar’i
Kewajiban Menuntut Ilmu
Ilmu adalah sayyidul ‘amal (penghulunya amal), sehingga
tidak ada satu amalan pun yang dilakukan kecuali didasari dengan ilmu, artinya
dengan kita mendahulukan ilmu sebelum beramal. Tidaklah sempurna suatu amalan
tanpa dibarengi dengan ilmu. Dengan ilmu kita dapat memahami makna dari amalan
yang kita tunaikan.
Hukum
kewajiban menunutut Ilmu terbagi tiga, yakni:
1)
Fardhu ‘Ain,
yaitu wajib hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Siapapun yang mengaku
seorang muslim, mengucakan syahadat baik laki-laki maupun perempuan, maka wajib
menuntut ilmu syar’i.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ menegaskan melalui sabdanya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم
“Menuntut ilmu
wajib bagi setiap Muslim.”
[Hadits shahih li ghairihi, diriwayatkan Ibnu Majah (no.
224), dari jalur Anas bin Malik radhiyallahu’anhu. Hadits ini diriwayatkan pula
oleh sekelompok para shahabat, seperti Ali bin Abi Thalib, ‘Abdullah bin
‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Sa’id Al-Khudriy,
Al-Husain bin ‘Ali, dan Jabir radhiyallahu’anhum. Para ulama ahli hadits telah
menerangkan jalur-jalur hadits ini dalam kitab-kitab mereka, seperti: Imam
As-Suyuthi dalam kitab Juz Thuruqi Hadits Tholabil Ilmi Faridhotun ’Ala Kulli
Muslimin, Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Wahiyat (I/67-71), Imam Ibnu ‘Abdil
Barr dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/69-97), dan Syaikh
Al-Albani dalam kitab Takhrij Musykilah Al-Faqr (hal. 48-62)]
Tidak bisa dipungkiri juga bahwa seorang
muslim lebih membutuhkan ilmu lebih besar dari pada kebutuhannya terhadap makan
dan minum, seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahulah:
الناس إلي العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأنهم يحتاجون إليها في اليوم
مرة أو مرتين وحاجتهم إلي العلم بعدد اأنفاسهم
“Manusia
sangat membutuhkan ilmu dari pada (mereka) membutuhkan makanan dan minuman,
karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sehari sekali atau dua kali, sementara
ilmu dibutuhkan sepanjang nafasnya.” [Thabaqat
Al-Hanabilah (I/146), Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 91),
dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (hal. 55-56)]
Selain itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun mendakwahkan Islam kepada para Shahabat atas dasar
ilmu. Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman
قُلْ هَـذِهِ سَبِيْلِى أَدْعُواإِلَى اللهِۚ عَلَى
بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِىۖ …
Artinya: “Katakanlah (Muhammad),
‘Inilah jalanku yang lurus, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan ilmu.”(Qs. Yusuf: 108).
Ilmu yang termasuk didalam hukum ini
yaitu semua ilmu syar’i yang menjadi pengetahuan dasar dalam agama, meliputi
ushul (asas) aqidah, tauhid, manhaj, sampai permasalahan furu’ cabang seperti
shalat, wudhu, sedekah, haji, dan semisalnya.
2)
Fardhu
Kifayah, yaitu hukumnya tidak wajib bagi seluruh kaum muslimin, tetapi hanya
sebagian kaum muslimin. Apabila telah terpenuhi, maka gugur kewajiban
mempelajarinya bagi muslim yang lain. Maksudnya, hanya sebagian kaum muslmin
yang diberikan kemudahan mempelajarinya dengan rahmat dan hikmah-Nya.
3)
Haram,
yaitu hukum ilmu yang haram untuk dicari dan dipelajari, sebab dapat menggiring
seorang muslim kedalam kesesatan, kemaksiatan, sampai-sampai kesyirikan kepada
Allah Jalla wa ‘ala. Diantara ilmu yang termasuk didalamnya adalah ilmu sihir.
Keutamaan Menuntut Ilmu
l
Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan di akhirat
Nabi ﷺ bersabda yang artinya:
“Barang siapa
yang Allah inginkan kebaikan untuknya, Allah akan menjadikan dia faqih dalam
hal agama.” (Muttafaq ‘alaih)
l
Dengan ilmu, Allah ta’ala memudahkan jalannya ke surga
Nabi ﷺ bersabda yang artinya:
“Barang siapa
yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu (syari’at), maka Allah akan
memudahkan jalannya menuju surga” (HR. Muslim)
l Ilmu sebagai benteng diri dari syubhat
dan fitnah
Dengan ilmu
kita dapat menjaga diri dari berbagai syubhat (kerancuan pemikiran). Ilmu juga
dapat membantah argumen-argumen orang yang ingin merusak agama.
Tujuan Menuntut Ilmu
Selemah apapun akal kita, selemah apapun
hati kita pasti akan tembus dengan ilmu. Tujuan dari pada ilmu agar selamat
dari neraka Allah dan masuk ke dalam surga-Nya.
Seorang muslim benar-benar harus menjadi
penuntut ilmu yang minimal ilmu untuk diri sendiri, lalu ilmu untuk keluarga,
orang-orang terdekat/kerabat, dan diluaskan ke orang sekitar. Jadilah seorang
yang berillmu, agar ilmu tersebut tegak di dalam diri kita, ilmu tersebut
bermanfaat untuk kita, menyelamatkan diri kita dan orang-orang terdekat dengan
kita dari berbagai macam fitnah syubhat dan fitnah syahwat dalam kehiduan ini.
Azimah (semangat yang besar), semangat yang tidak diikuti dengan perasaan
malas, dan jika ada rasa malas, wajar..,datang ke kajian, loyo..hal tersebut
wajar jika datang ke diri kita. Namun yang paling baik ialah ketika kita sedang
malas, futur, tidak semangat datang ke majelis ilmu, kita tidak sampai
meninggalkan yang wajib atau terjerumus kedalam hal yang haram, tetapi justru
kita bisa bangkit dengan cepat untuk merebut azimah (semangat yang besar)
kembali.
Jalur Penuntut Ilmu
Setiap langkah ayunan kaki dan tangan yang mengantarkan kita ke taman-taman
surga didunia seperti majelis ilmu ini. Sebagaimana Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا
”Jika Engkau melewati taman-taman
surga maka singgahlah!”
Para sahabat bertanya, ”Wahai
Rasulullah! Apakah taman-taman surga itu?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
حلق الذكر فإن لله سيارات من الملائكة يطلبون حلق الذكر فاذا اتوا عليهم صفوا
بهم
”Majelis dzikir. Allah memiliki
sekelompok malaikat yang mencari majelis-majelis dzikir. Jika mereka
mendatanginya, malaikat-malaikat tersebut akan
mengelilinginya.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Ali Hasan dalam Al
‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 132)
Sehingga dengan ilmu syar’i, seharusnya
kita berbahagia karena berhasil mendapatkan dua surga sekaligus, yaitu surga di
dunia maupun surga di akhirat kelak.
Untuk mendapatkan itu, Hendaknya kita memerhatikan rambu-rambu yang benar
agar ilmu tersebut sempurna sesuai ajaran Rasulullah ﷺ sejak diturunkannya.
Dulu Muhammad biin Sirin – ulama tabi’in muridnya Anas bin Malik –
mengingatkan,
إن هذا
العلم دين ، فانظروا عمن تأخذون دينكم
Ilmu adalah bagian dari agama, karena itu perhatikan, dari mana kalian
mengambil agama kalian. (Siyar A’lam an-Nubala’, 4/606)
Orang yang belajar agama, hakekatnya
sedang membangun ideologi. Ketika sumber ilmunya orang sesat, akan terbentuk
ideologi sesat dari muridnya.
Karena itu, kita terheran ketika seorang
doktor alumni Australi dijadikan referensi ilmu agama…
Kita terheran, ketika manusia liberal,
dijadikan rujukan dan dimintai komentar masalah islam…
Kita terheran, ketika pembela orang
kafir, dijadikan acuan dalam bidang tafsir al-Qur’an…
Betul apa kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ
سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا
الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ،
وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: “السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ”
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun
penuh penipuan. Pendusta dianggap benar, sementara orang yang jujur dianggap
dusta. Pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang amanah dianggap pengkhianat.
Pada saat itu Ruwaibidhah angkat bicara.” Ada yang bertanya, “Apa itu
Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh (masalah agama) yang turut campur
dalam urusan masyarakat.” (HR. Ahmad 7912, Ibnu Majah 4036, Abu Ya’la
al-Mushili dalam musnadnya 3715, dan dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth).
Langkah selektif dalam memilih guru agama:
1. Hendaknya memilih guru yang menyeru
kepada firman Allah subhanahu wa ta’ala dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang sesuai dengan pemahaman para sahabat nabi sebagai generasi terbaik
dari umat ini serta kepada yang mengikuti jejak mereka.
2. Pilihlah guru yang tidak sedikitpun
mengajak kepada dirinya, contoh ikutilah aku, ikutilah golonganku,
3. Pilihlah guru yang memang benar-benar
paham dan faqih dalam masalah-masalah agama, faqih dalam menjelaskan maksud
dalil-dalil yang ada sesuai pemahaman para sahabat bukan dengan akalnya
sendiri.
Akibat Tidak Mempelajari Ilmu Syar’i
Sebab-sebab terjerumusnya manusia dalam kemaksiatan adalah karena sifat
melalaikan dalam menuntut ilmu syar’i dalam mempelajari agama Allah subhanahu
wa ta’ala. Sehingga tidak sedikit diantara kaum muslimin yang lebih
memperhatikan ilmu dunia ketimbang Ilmu Syar’i dan sampai-sampai melalaikan
ilmu syar’i. Tak sedikit dari kaum muslimin jika ditanya tentang dunia mereka
lancar menjawabnya, tetapi jika ditanya tentang aqidahnya, tauhidnya,
ibadahnya, maka tidak tahu apa yang harus dijawab. Hal ini tentu disebabkan
oleh kelalaian sehingga terjerumus kedalam kemaksiatan dan hal yang haram.
Menuntut ilmu syar’i adalah bekal kita menuju Allah subhanahu wa ta’ala
Nasihat Manis
Yang kami kutip dari muslim.or.id
Di akhir majelis yang membahas hadits ke-146 dari kitab ‘Umdatul
Ahkaam, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu
Ta’ala menyampaikan beberapa nasihat penting kepada para penuntut ilmu
dengan mengatakan,
aku berharap agar semua yang hadir dapat mengambil manfaat dari ilmu yang didapatkan. Bukan manfaat dari sisi hapalan dan pemahaman, dua hal ini insyaa Allah juga ditekankan, akan tetapi (yang lebih penting adalah) manfaat dengan diamalkan dan (perubahan) akhlak. Karena tujuan dari ilmu adalah untuk diamalkan. Bukanlah maksud dari ilmu adalah sebagai argumen (hujjah) yang menyudutkan orang yang mempelajarinya (karena tidak diamalkan, pent.).
aku berharap agar semua yang hadir dapat mengambil manfaat dari ilmu yang didapatkan. Bukan manfaat dari sisi hapalan dan pemahaman, dua hal ini insyaa Allah juga ditekankan, akan tetapi (yang lebih penting adalah) manfaat dengan diamalkan dan (perubahan) akhlak. Karena tujuan dari ilmu adalah untuk diamalkan. Bukanlah maksud dari ilmu adalah sebagai argumen (hujjah) yang menyudutkan orang yang mempelajarinya (karena tidak diamalkan, pent.).
Wajib
atas kalian untuk beramal dengan semua ilmu yang shahih yang telah sampai
kepada kalian, sehingga ilmu tersebut berfaidah, menancap dan kokoh di hati
kalian. Oleh karena itu dikatakan,
العلم يهتف بالعمل، فإن أجاب و
إلا ارتحل
“Ilmu memanggil untuk diamalkan. Jika
panggilan itu disambut, ilmu akan tetap. Namun jika panggilan itu tidak
disambut, ilmu akan pergi.”
Perkataan ini benar. Karena jika Engkau mengamalkan ilmumu, maka hal itu
akan lebih memperkokoh ilmu dan lebih bermanfaat. Sesungguhnya Allah Ta’ala
akan menambahkan untuk kalian ilmu, cahaya, dan juga bashirah.
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin..
Mungkin cukup sekian tulisan kami ini, ini adalah cara kami untuk
menyampaikan atau mensyiarkan apa yang telah kami dengar, kami cerna, untuk
kita semua amalkan. Kami hanyalah insan yang faqir ilmu, sangat butuh akan
ilmu, serta insan yang tak luput dari salah dan silap, Semoga tulisan ini dapat
melahirkan manfaat bagi saudara pembaca dan sebagai saksi atas sedikit ilmu
yang telah kami sampaikan kepada saudara pembaca sekalian.
Haadza wallaahu ta’ala a’lam bis showwab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Referensi:
Web:
muslim.or.id
muslimah.or.id
Almanhaj.or.id
Konsultasisyariah.com
Rumaysho.com
Yufid.TV
Alhamdulillah, terimakasih. Sangat bermanfaat. Mudah2an apa kita baca dapat kita amalkan.
BalasHapusAllahamdulilah semoga apa yang d bagikan dapat bermanfaat bagi orang banyak
BalasHapus