Mengapa Harus Menjadi Relawan
“MENGAPA
HARUS MENJADI RELAWAN”
Divisi
KSDB
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum
warahmatullah wabarakatuh.
Be great to make
society greater (Jadilah hebat untuk
membuat masyarakat hebat), sebuah impian besar
yang tumbuh dari akar prinsip khairunnas anfa`uhum linnas. Jika ditanya mengapa
ada hasrat untuk menjadi seorang relawan, jawaban saya mungkin terkesan klise
sebagaimana setiap orang yang ingin bermanfaat bagi sesama. Latar belakang
munculnya hasrat itu pun mungkin sama, tak lain sebab rasa frustasi melihat ada
banyak kekacauan, kesedihan, keapatisan, dan kepasrahan-jika enggan disebut
sebagai keputus asaan. Menggerutu, baik
pada keadaan maupun pada diri sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa, nyatanya
tidak memperbaiki permasalahan. Namun, setidaknya itu menjadi awal bagi
impian-impian dengan segala proses yang belum jua mencapai kematangan. Mengajar
di perbatasan, menjadi tim relawan ACT ke Palestina, terlibat dalam aksi-aksi
sosial lainnya, merupakan beberapa cabang dari batang impian besar itu.
Palestina, menjadi
benang merah pertemuan saya dengan prinsip dan impian besar untuk menjadi
bagian yang menebar kebermanfaatan. Saat masih SD, berita Palestina sudah
begitu hangat dibicarakan, layar tv mempertontonkan kehancuran, keganasan, air
mata kepedihan, peperangan antara Israel dan Palestina. Pertanyaan muncul di
kepala saya, mengapa tidak ada yang bisa mencegahnya? Dengan naifnya, terbesit
dalam benak bahwa kelak saya, sang gadis kecil ini akan mengubah wajah dunia,
menghukum mereka yang semena-mena. Rasa hina selain sebak, mencuat setiap kali
menyadari bahwa tubuh ini, pikir ini, sedikit pun tidak bisa berbuat apa-apa
untuk menyumbangkan hal berharga, padahal keadaan hidup lebih baik daripada
mereka. Rasa itu kian menyiksa tatkala mata dijelaskan penglihatannya bahwa di
Indonesia, di negeri sendiri pun masih ada begitu banyak masalah sosial.
Pornografi pada anak, kemiskinan, lingkungan, anak yang candu warnet dan lem,
putus sekolah, orangtua yang ‘menelantarkan’ anak tanpa pendidikan dan kasih
sayang, sungguh semua berimplikasi pada pola pikir, moral dan kesejahtraan
masyarakat itu sendiri.
Frustasi itu membawa
saya pada pencarian dan pencarian, membuka mata saya mengenai dunia,
menyadarkan bahwa untuk perubahan besar perlu usaha besar, menjadi besar akan
mempermudah perubahan itu. Bagaimana menjadi besar? Saya harus memulai dari
hal-hal kecil yang akan membentuk diri menjadi pribadi yang positif, proaktif
dan inspiratif sehingga tindak-tanduk akan mendapat kepercayaan lantas membawa
perbaikan. Impian-impian itu pun menyadarkan bahwa saya perlu banyak membaca,
mengurangi bermalasan, menambah wawasan, perlu kritis terhadap infomasi dan
bergegas melakukan aksi. Namun saya merasa sendiri, belum ada lingkunan yang
sevisi, sedang saya masih amatir untuk beraksi, sangat perlu dilatih.
Foto:
dari blogg https://www.rumahzakat.org/ingin-jadi-relawan-rz-ini-tahapan-seleksinya/
Tidak
dipungkiri, semangat itu sempat redup, sempat berpikir mungkin benar kata
mereka, impian itu hanyalah angan. “Sok pahlawan nian di tengah keadaan begini
ingin jadi relawan”, tapi benak saya membantah. Justru hasrat ingin menebar
kebermanfaatan inilah yang membuat saya menemukan tujuan saya, bahkan jurusan
kuliah saya, bersemangat ingin berprestasi juga ingin sukses. Di tengah rasa
malas yang mulai mengambil kendali serta bisik kegalauan yang membayangi, Allah
beri jawaban adanya tawaran mengikuti pelatihan kerelawanan. Bagaimana pun
bentuk pelatihannya, saya sangat percaya segala prosesnya akan memelihara
semangat saya, menambah wawasan dan ide bagaimana bertindak yang seharusnya,
bahwa akan ada perbaikan meski mungkin tidak seberapa dibanding masalahnya.
Menjadi relawan,
menghadirkan sadar dalam diri kita bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.
Dengan kesadaran ini, kita akan melihat berbagai bentuk permasalahan, lantas
mencegah diri agar tidak menjadi bagian dari yang melakukan bahkan memperarah
keadaan. Implikasinya, kitalah yang menjadi penggerak perubahan. Menjadi
relawan merupakan salah satu indikator bahwa kita sebagai manusia berakal tidak
sia-sia diciptakan. Dan pada akhirnya, jawaban dari “mengapa” itu adalah
tentang tujuan hidup, selain dari perintah tolong menolong, kewajiban untuk
memperbaiki kemunkaran bagi mereka yang telah berilmu tentangnya, serta
pertanggung jawaban atas apa yang dimiliki tubuh seperti mata, tangan, akal,
kesehatan dan lain sebagainya. Tujuan hidup itu adalah menghadap dan membawa
sesuatu yang dapat Allah banggakan dari penciptaan kita sebagai manusia.
Menjadi relawan tidak harus melakukan aksi maha dahsyat, sebab inti dari aksi
relawan adalah membawa yakin yang utuh, bahwa harapan itu nyata dan masih ada.
Semoga hati selalu terjaga hingga tidak menjadi sia-sia.
Semoga Bermanfaat ikhwah...
MasyaAllah luar biasa..
BalasHapusMasyaAllah luar biasa
BalasHapus