Menjadi Mahasiswa SAKTIE

Setiap orang menginginkan dia selalu lebih dari orang lain. Baik dari segi penampilan, keilmuan, uang atau kekayaan, ketampanan, dan dari sisi lainnya. Keinginan ini mendorong dan menjadi motif setiap orang melakukan sesuatu dan melakukan yang terbaik. Sering seseorang yang memiliki keinginan kuat tapi tidak mengetahui tindakan apa yang mesti dilakukan untuk mewujudkan apa yang telah dicitakanya.
Dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana seharusnya laku seorang yang memiliki cita ingin lebih dari orang lain. Diantara tindakan yang dapat dilakukan seseorang untuk menjadi sosok  yang memiliki kelebihan terutama untuk mahasiswa diantaranya dia harus memiliki kekuatan spiritual atau memiliki modal spiritual, kedua modal analisa yang cerdas, ketiga modal keberanian yang kuat, keempat modal true financial atau bahasa lainnya memiliki penghasilan sendiri yang halal, kelima memiliki modal intelektual, keenam memiliki modal emosional yang baik.
Sedikitnya seorang mahasiswa yang memiliki keinginan untuk menjadi lebih harus memiliki enam modal tersebut. Jika dilihat dari modal-modal tersebut akan melahirkan sebuah kesimpulan bahwa seorang mahasiswa yang ingin lebih dari yang lain harus menjadi mahasiswa yang SAKTIE.
Dimana-mana setiap orang yang SAKTIE pasti akan dilebihkan dari orang lain sehingga orang lain akan kagum padanya dan tunduk padanya. Baik itu tunduk karena takut atau yang lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan saktie disini ialah:
  1. S=Modal Spiritual, modal spiritual perlu bagi seseorang karena dalam Al Quran, Allah telah sampaikan bahwa orang yang memiliki keimanan dan ilmu dia akan diangkat derajatnya beberapa derajat dari yang lainnya. “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah’, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Surat Al-Mujadalah ayat 1 menurut Ibnu Katsir beliau menyatakan,”Jangan mengira bahwa apabila seseorang berdiri untuk saudaranya atau menuruti perintahnya untuk keluar akan merendahkan martabatnya. Hal ini justru akan meninggikan derajatnya di sisi Allah. Allah tidak menyia-nyiakan hal itu untuknya. Dia akan membalasnya di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya orang yang rendah hati atas perintah Allah, niscaya Allah akan mengangkat martabatnya dan menyebarkan nama baiknya. Oleh karena itu Allah berfirman, ’Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan,’ yakni  Maha Mengetahui siapa saja yang berhak atau yang tidak berhak menerimanya.
  2. A= Modal Analisis, setiap mahasiswa harus mengetahui apa yang akan menjadi keputusannya untuk dilakukan. Hal ini bertujuan agar apa yang dilakukannya bisa terencana dengan baik dan bisa terlaksana dengan tepat. Dalam merencanakan pekerjaan seorang mahasiswa yang sakti harus tahu akan empat hal terhadap pekerjaannya. Pertama, ialah Penting dan mendesak,tingkat pertama ini harus menjadi prioritas bagi seorang mahasiswa dalam bertindak. Dia harus menganalisa apakah pekerjaan yang ia lakukan merupakan sesuatu yang penting atau tidak, kemudian mendesak atau tidak. Tingkatan kedua, ialah penting tapi tidak mendesak tingkatan pekerjaan ini harus menjadi prioritas kedua bagi seorang mahasiswa. Tingkat ketiga, ialah kurang penting tapi mendesak tingkatan ini harus dianalisa lagi jika anda kurang tertarik tentang pekerjaan itu sebaiknya ditinggalkan saja dan melakukan sesuatu yang penting bagi anda. Tingkatan keempat, ialah tidak penting dan tidak mendesak pada tingkatan ini mahasiswa saktie sebaiknya bahkan seharusnya meninggalkan jauh-jauh segala hal ataupun pekerjaan yang tidak memberi manfaat untuk diri kita.
  3. K=Modal Keberanian, disini sisi penting dari analisa, karena keberanian ini merupakan action dari analisa yang telah kita perbuat. Bagi seorang mahasiswa saktie harus mampu dan berani untuk meninggalkan sesuatu yang terkadang berat untuk ditinggalkan tetapi sesuatu itu sangat tidak penting baginya, hal kecil yang bisa dicontohkan ialah merokok, hal ini tanpa menafikkan semua orang mengetahui keburukan dari kebiasaan ini. Sebagai mahasiswa saktie tentu kita harus berani dan berusaha untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting bagi diri kita apatahlagi sesuatu itu memberi keburukan bagi kita.
  4. T=True Financial, true financial disini maksudnya ialah seorang mahasiswa saktie harus bisa menghidupi diri sendiri (mandiri) tanpa harus mendapat beasiswa ataupun subsidi dari yayasan ayah bunda (orang tua). Dari sisi umur selayaknya umur yang sedang disandang seorang mahasiswa harus sudah memiliki penghasilan karena ketika hal ini tidak dibiasakan akan menyebabkan banyaknya pengangguran terselubung, dimana seseorang terlihat tidak menganggur tapi tidak memiliki penghasilan. Padahal banyak orang-orang terdahulu dalam umur belasan tahun sudak memiliki penghasilan cukup tinggi seperti Rasulallah SAW dalam umurnya belasan tahun sudah mampu menghasilkan sesuatu meskipun dari mengembala kambing kemudian dalam usianya yang masih muda tersebut beliau sudah bisa melakuan perdagangan ekspor impor hal ini merupakan prestasi yang seharusnya menjadi motivasi bagi generasi muda saat ini, nukankah rasul seorang manusia biasa.ketika beliau bisa tentu kita juga bisa.

  1. I=Modal Intelektual, modal intelektual sangat diperlukan saat ini. Meskipun IPK bagi seorang mahasiswa menjadi barometer inteleknya seseorang.akan tetapi ipk bukanlah penentu apakah seseorang diterima ketika masukkan lamaran kerja tau tidak,akan tetapi ipk menjadi bahan pertimbangan utama untuk menyeleksi siapa yang diterima atau tidak. Sihingga intelektual harus menjadi prioritas seorang mahasiswa yang ingin memiliki kelebihan dari yang lainya.
E=Modal Emosional, modal Kecerdasan Emosi adalah akumulasi kecenderungan individu yang bersifat bawaaan dengan faktor lingkungannya.(Setia Furqon Kholid:Jangan Kuliah kalau gak sukses).  Berdasarkan survei di Amerika Serikat tahun 1918 tentang IQ, terdapata hasil jika skor IQ anak-anak makin tinggi maka EQnya justru makin rendah(Ary Ginajar Agustian:ESQ). Para orang tua semestinya telah memiliki persiapan bagi anak-anaknya untuk menghadapi kemajuan IPTEK. Mudahnya akses internet sebagai sumber berbagai informasi harus disikapi secara bijak dengan tidak menghalangi penggunaannya namun tetap mengontrol anak-anaknya. Jika anak dibiarkan terlalu lama berada di depan komputer atau laptop untuk akses internet atau bermain game, anak tersebut akan memiliki kemampuan bersosialisasi yang rendah. Padahal lingkungan tempat bersosialisasi adalah salah satu bentuk pembinaan EQ. Belakangan ini bahkan tidak hanya anak-anak yang kecerdasan emosinya kurang terbina dengan baik, tapi juga orang dewasa. Berbagai latar belakang muncul pada masalah pengelolaan EQ orang dewasa misalnya banyaknya masalah yang harus dihadapi. Dampak yang terjadi jika pengelolaan EQ kurang salah satunya adalah tindakan anarkisme.Dewasa ini telah terjadi banyak kasus karena kurangnya kemampuan kesadaran dan pengetahuan untuk mengelola kecerdasan emosi, misalnya kasus pemukulan seorang perdana mentri disuatu negara, atau meninggalnya seorang pejabat daerah saat menghadapi massa yang sedang berdemonstrasi, atau banyaknya tayangan reality show yang justru memberikan tontonan berbagai kekerasan fisik. Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelola EQ antara lain:1. Meluangkan waktu untuk bersosialisasi setiap harinya, tidak hanya terpaku dengan rutinintas yang harus kita jalani saja, 2. Mengembangkan sikap toleransi dan empati pada orang lain (bagaimana harus menghormati orang lain, serta merasakan apa yang dirasakan orang lain dengan memposisikan diri kita pada posisi mereka), 3. Mengevaluasi diri, 4. Meluangkan waktu untuk menyegarkan pikiran dengan berpiknik atau melakukan hobi lama yang jarang dilakukan. Sebenarnya peran memperbaiki diri untuk mencapai EQ yang matang tidak hanya datang dari diri sendiri, tapi juga dari lingkungan. Lingkungan dalam hal ini mencakup seluruh aspek, misalnya stasiun televisi yang diharapkan mampu memberikan inovasi tontonan yang tidak hanya menhibur hapi juga mendidik. Hal ini dikarenakan krisis kecerdasan emosi tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara.

Oleh : Iskandar 
Ketua Umum LSMI AL Madani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPSEN PAMIT : Kesan Pesan Demisioner LSMI Almadani 2019

Mereka yang Berhijrah tanpa Menyentuh Bangku Pesantren