Filosofi Kehidupan

 

Filosofi Kehidupan

Sakilah Zahara Putri & Ulfadilah

Oleh Divisi Syiar

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 


Ada yang bahagia dipuji dan ada yang risih bila dipuji.

Bahagia karena dipuji mungkin sudah biasa kita lihat didalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan ada orang yang risih saat dipuji. Baginya pujian itu sebuah ujian. orang yang dipuji merasa risih karena orang yang memuji terlalu berlebihan memuji dirinya.

Di zaman dahulu Rasullullah pun pernah menyaksikan kejadian pujian secara berlebihan, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkannya, bersabda:

“Celakalah kamu, kamu telah memotong leher temanmu,' (beliau mengatakan berulang-ulang), 'apabila salah seorang dari kalian memuji saudaranya dan itu memang harus ia lakukan, maka dia bisa berkata, 'Saya kira demikian dan demikian apabila diduga memang demikian dan yang menghisabnya adalah Allah, dan janganlah dia memastikan kesucian pada seseorang kepada Allah.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy) 

Dari hadits tersebut kita bisa belajar agar tidak memuji secara berlebihan. Semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk meraih ridho Allah Subhanahuwata'ala dengan keikhlasan seluruh sendi. Sekalipun tidak ada yang memuji, itu tidak menghentikan pergerakan diri 

Di dalam sebuah buku yang pernah saya baca tentang filosofi Gula dan Kopi disitu menceritakan ada banyak makna dari secangkir kopi.

Saat kita meminum secangkir kopi namun terasa pahit maka yang disalahkan adalah gulanya.

"Gulanya kurang tuh. Makanya kopinya pahit banget".

 saat kita meminum kopi terlalu manis maka yang disalahkan lagi yaitu gulanya.

"Duh, gulanya banyak banget nih."

Namun saat takaran gula pada kopi seimbang maka yang dipuji adalah kopinya. "Kopinya mantap deh, bikih nagih!"

Meski Gula tidak terucap, dan dipandang, manisnya memberi kebahagiaan pada minuman/makannan yang dikonsumsi oleh manusia.

Lalu, coba kita tarik pada sisi kehidupan Islam saat ini. Tanggung jawab diri sebagai pemuda pengemban risalah dakwah masa kini untuk tidak mementingkan dikenal dan dipuji oleh penduduk bumi. Karena tujuan utama adalah bagaimana ketika syariat Islam telah disampaikan dengan benar, mereka mampu mengingat dan memuji Rabbnya, menyadari nikmat iman dan Islam dan merasakan manisnya kehidupan dalam dekapan ukhuwah Islamiyyah. Meskipun, sejatinya hidayah hanyalah kekuasaan Allah azza wa jalla, tapi ikhtiar seorang hamba InsyaaAllah tidak sia-sia.

 

"Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang" (Qs. An-Nahl: 82)

Begitulah seharusnya kehidupan berjalan, kebaikan yang telah ditanam tidak perlu untuk diucap dan mengharap pujian yang meluap-luap. ikhlas dan larutlah seperti gula. tetap semangat memberi dan menebar kebaikan. Memberikan makna dan rasa untuk setiap apa-apa yang menggunakannya. Sebab itu tujuannya. Dan kita tidak pernah tahu, kebaikan mana yang kelak akan membawa kita pada jannah-nya.

 

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Wallahu'alam Bisshawab

Semoga bermanfaat

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPSEN PAMIT : Kesan Pesan Demisioner LSMI Almadani 2019

Mereka yang Berhijrah tanpa Menyentuh Bangku Pesantren